22 June, 2010

DI SEBALIK KEHIDUPAN

HIDUP bukan selama-selamanya dan kematian bukan penghujungnya.

Kita hidup dan kita akan pasti berdepan dengan kematian dan akhirnya kita akan kembali kepada Allah SWT,dimana setiap amalan kita akan dibentangkan.Jika amalan kebaikan kita lebih berat timbangannya maka syurga dengan segala kenikmatan menanti kita.Jika amalan keburukan kita lebih berat timbangannya maka neraka jahannamlah kesudahan kita.

Inilah prinsip mukmin: Dunia ini adalah ladang Akhirat.Jika di dunia ini kita menanam pohon-pohon yang baik maka Akhirat nanti kita akan menuai buah-buahan yang harum dan manis.Tetapi jika dunia ini menjadi ladang maksiat dan keingkaran maka Akhirat akan menjadi medan penyesalan dan penyiksaan yang tiada penghujungnya.

Inilah nilai hidup mukmin: Kebaikan akan dibalas kebaikan dan keburukan akan dibalas keburukan,tidak ada seorang pun akan terlepas dari balasan bagi apa yang dikerjakan semasa kehidupannya di dunia.

Inilah batas hidup mukmin: Ketaatan dan ketaqwaan akan mengundang rahmat dan keredhaan Allah SWT manakala pengingkaran akan berakhir dengan kemurkaan dan kedukaan.

Inilah neraca kita: Setiap yang kita lakukan ada balasannya.Kehidupan ini merupakan medan ubudiyyah kita kepada Allah SWT.Segala ketaatan dan keingkaran kita akan dinilai seadil-adilnya dengan nilaian Robbani.Segala kesempitan yang kita hadapi dengan penuh sabar dan pasrah akan ada ganjarannya.

Tidak ada yang akan dizalimi oleh Allah SWT,dunia bukan segala-galanya dan ukuran utama kita.Kejayaan sebenar ialah kejayaan Akhirat,begitu juga kerugian yang nyata ialah kerugian di hari kita kembali kepada Allah SWT dengan tangan kosong.

Neraca ini menjadikan jiwa kita merdeka.Hanya syarak atau nilai Allah SWT yang membatasi tindakan kita.Hanya syarak yang menentukan sikap dan tingkahlaku kita.Kita melakukan dan meninggalkan sesuatu kerana Allah bukan kerana nafsu kita yang cenderung kepada maksiat dan keburukan.Kita tidak menjadi hamba kepada nafsu kita apatah lagi menjadi hamba kepada nafsu orang lain yang tidak melihat kehidupan dengan neraca yang sama.

Jiwa kita bebas ketika jasad terpenjara atau kehidupan kita dihimpit kesukaran dan penderitaan.Jiwa kita merdeka ketika manusia lain menjadi hamba duniawi.Jiwa kita lapang dan tenang ketika jiwa-jiwa lain keluh kesah dengan tipu daya dunia.

Jiwa kita merasa cukup ketika jiwa-jiwa lain rakus mengejar kemewahan dunia sedangkan dunia itu umpama wanita dan lelaki curang yang mengungkap cinta dan janji setia kepada kita sebaliknya,janji yang sama ditaburkan kepada manusia-manusia rakus yang lain.Kita merasakan ianya milik kita sedangkan dirinya juga kekasih orang lain.

Jiwa kita merasa tenang dan bahagia ketika jiwa-jiwa lain lemas dalam pelukan dan tipu daya yang penuh keraguan dan kepalsuan.

-Haluan Jun/Julai 08-

0 comments:

Post a Comment